Pages

Banner 468 x 60px

Senin, 20 Januari 2014

Lagu Dolanan "Sulur-Sulur Kangkung"

0 komentar


A.    Sulur Sulur Kangkung


1.     Lagu
Sulur sulur kangkung ênèt,
rambatanmu kayu gurda ênèt,
mangidula ênèt,
mangalora ênèt,
kidul kono ana mèndèng golek cêngkung,
nèt-ênèt, nèt-ênèt kung,
sisir gula jênang jagung.
  1. Makna dan Esensi Lagu
Sulur sulur kangkung, sulur dalam Kamus Pepak Basa Jawa berarti penggambaran dari sesuatu yang panjang, kangkung itu sendiri merupakan sayuran yang tumbuh panjang. Kemudia kata ênèt sebagai penegas kata yang menjelaskan jalannya kangkung yang perlahan tumbuh memanjang dan terus memanjang. Di sisni sulur sulur kangkung yang dimaksudkan adalah pengkiasan dari cita-cita yang akan tumbuh memanjang sesuai harapan yang diinginkan seseorang.
Selanjutnya baris kedua; rambatanmu kayu gurda ênèt, menjelaskan baris sebelumnya bahwa rambatan kangkung yang tumbuh memanjang dan menjalar ke kayu gurda. Kayu gurda dalam Kamus Pepak Basa Jawa berarti wit ringin ‘pohon beringin’, si pencipta memilih kata kayu gurda yang berarti pohon beringin dimaksudkan karena pohon beringin dapat tumbuh dimana saja dan mampu hidup hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian cita-cita yang dikiaskan dengan sulur sulur kangkung yang tumbuh panjang merambat ke pohon Beringin menjelaskan dimana cita-cita tersebut akan kokoh dan mampu hidup dimana pun seseorang berada hingga cita-citanya tercapai. Kata ênèt idem seperti pada baris sebelumnya yang menjelaskan rambatan dan tumbuhnya kangkung.
Baris selanjutnya mangidula ênèt, memiliki makna bahwa arah cita-cita yang dikiaskan sebagai sulur sulur kangkung akan merambat hingga ke selatan. Menurut Wedhawati (2006:126) Pemilihan kata  mangidul yang berasal dari kata dasar kidul atau ‘selatan’ menunjukkan arti arah menuju ke selatan dan tambahan -a menunjukkan sebuah ‘perintah untuk bertindak atau bersikap sesuai dengan yang disebut pada bentuk dasar’ . Dan kata  ênèt merupakan idem yang juga menjelaskan maksud dari tumbuhnya sulur sulur kangkung yaitu cita-cita. Kemudian diikuti baris selanjutnya mangalora ênèt, mengandung arti penunjuk arah menuju ke utara, berasal dari kata ngalor ‘utara’ dan tambahan -a yang juga menunjukkan perintah. Kemudian pengulangan kata ênèt, merupakan penegasan yang diulang-ulang sebagai maksud dari tumbuh sulur sulur kangkung dari pengkiasan cita-cita. Dari penjelasan tersebut dapat diambil pesan bahwa dalam meraih cita-cita butuh ketegasan memilih arah kemana akan berakhir pada penghujung penemuan cita-cita.
Pada baris selanjutnya, kidul kono ana mèndèng golek cêngkung, mendeng memiliki banyak makna diantaranya, mendeng yang berarti meleng yaitu mendeng (ngener) marang ‘mengarah pada suatu hal’, nyawijikake gagasan ‘menyatukan gagasan atau pemikiran’; mendeng diartikan katon gilap, meling-meling, katon cetha; dan mendeng diartikan teleng (ing mata). Mengambil satu persatu makna yang paling mendekati kesinambungan makna dengan sulur sulur kangkung yaitu mendeng yang diartikan ngener marang ‘mengarah kepada sesuatu hal’ di sisni dapat diambil bahwa cita-cita yang tumbuh panjang merambat dan kokoh perlu pengarahan dalam menuju  kepada sesuatu hal yang dicita-citakan. Kemudian mengambil makna mendeng yang diartikan katon gilap, meling-meling, dan katon cetha juga bersinambung dengan makna sulur sulur kangkung yang dikiaskan sebagai cita-cita yaitu dimana dalam menentukan cita-cita yang akan dicapa haruslah jelas. Dan mendeng yang diartikan teleng (ing mata) memberi makna yang senada yaitu dalam meraih cita-cita penting adanya ‘pemfokusan’ teleng (ing mata) untuk mencapainya. Kata golek yang berarti ‘mencari’ dan cengkung yang berarti ‘suara kempul’, dimaksudkan bahwa pencipta lagu benar-benar memikirkan upayanya dalam meraih cita-cita, setelah tumbuh memanjang dan kokoh serta fokus dalam menyatukan pemikirannya, kemudian mencarinya dengan perkiraan ‘suara kempul’ yang berarti sesuatu yang lebih difokuskan.
Kemudian baris keenam; nèt-ênèt, nèt-ênèt kung, menerangkan tumbuhnya dan jalannya sulur sulur kangkung yang merupakan kiasan dari cita-cita terus tumbuh, tumbuh dan tumbuh, sementara kata kung pemendekan dari kata cengkung yang dimaknai dengan perkiraan. Dan baris terakhir sisir gula jênang jagung, merupakan jawaban dari jalan meraih cita-cita, dimana sisir gula adalah arti dari satu sisir gula jawa yang manis rasanya; dan jênang jagung bermakna jenang yang merupakan makanan manis serta jagung yang juga berasa manis sehingga menumbuhkan kemanisan yang tiada tara. Begitu pula akhir dari lagu dolanan sulur sulur kangkung ini dapat diambil pesan bahwa anak-anak haruslah memilki cita-cita yang panjang tumbuh merambat dan kokoh serta dapat hidup dimana pun ia berada dengan menentukan arah mana yang dipilih dan butuh pengarahan dari orang lain serta pemfokusan dari diri sendiri yang memerlukan perkiraan dalam mencapainya. Sehingga pada titik penghujung pencariannya diperoleh hasil yang maksimal dan indah pada akhirnya. Seperti hakikat dalam mencari ilmu menurut Yana MH (2012:170) Ilmu (hakikat) itu diraih dengan cara mengahayatinya dalam setiap perbuatan dimulain dengan kemauan, artinya kemauan membangun kesejahteraan terhadap sesama, teguh membudi daya menaklukkan semua angkara.  Di sini pengambilan cita-cita yang tumbuh panjang dimaksudkan bahwa cita-cita yang diraihnya akan tumbuh sejauh kaki melangkah dan mampu  memberikan manfaat yang panjang hingga akhir hidup bahkan setelah ia tiada dan dalam proses meraih cita-cita , kita harus menjalankan syariat yang benar dan menjauhi segala angkara (larangan).

0 komentar:

Posting Komentar