A. Sulur
Sulur Kangkung
1.
Lagu
Sulur sulur kangkung
ênèt,
rambatanmu kayu gurda ênèt,
mangidula ênèt,
mangalora ênèt,
kidul kono ana mèndèng golek cêngkung,
nèt-ênèt, nèt-ênèt kung,
sisir gula jênang jagung.
- Makna dan Esensi Lagu
Sulur sulur kangkung,
sulur dalam Kamus Pepak Basa Jawa
berarti penggambaran dari sesuatu yang panjang, kangkung itu sendiri merupakan sayuran yang tumbuh panjang. Kemudia
kata ênèt sebagai penegas kata yang
menjelaskan jalannya kangkung yang perlahan tumbuh memanjang dan terus
memanjang. Di sisni sulur sulur kangkung
yang dimaksudkan adalah pengkiasan dari cita-cita yang akan tumbuh memanjang
sesuai harapan yang diinginkan seseorang.
Selanjutnya
baris kedua; rambatanmu kayu gurda ênèt, menjelaskan
baris sebelumnya bahwa rambatan kangkung yang tumbuh memanjang dan menjalar ke kayu gurda. Kayu gurda dalam
Kamus Pepak Basa Jawa berarti wit ringin
‘pohon beringin’, si pencipta memilih kata kayu gurda yang berarti pohon
beringin dimaksudkan karena pohon beringin dapat tumbuh dimana saja dan mampu
hidup hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian cita-cita yang dikiaskan dengan sulur sulur kangkung yang tumbuh panjang
merambat ke pohon Beringin menjelaskan dimana cita-cita tersebut akan kokoh dan
mampu hidup dimana pun seseorang berada hingga cita-citanya tercapai. Kata ênèt
idem seperti pada baris sebelumnya yang menjelaskan rambatan dan tumbuhnya
kangkung.
Baris
selanjutnya mangidula ênèt, memiliki
makna bahwa arah cita-cita yang dikiaskan sebagai sulur sulur kangkung akan merambat hingga ke selatan. Menurut Wedhawati (2006:126) Pemilihan kata mangidul
yang berasal dari kata dasar kidul atau ‘selatan’ menunjukkan arti
arah menuju ke selatan dan tambahan -a
menunjukkan sebuah ‘perintah untuk bertindak atau bersikap sesuai dengan yang
disebut pada bentuk dasar’ . Dan kata ênèt merupakan idem yang juga menjelaskan
maksud dari tumbuhnya sulur sulur kangkung
yaitu cita-cita. Kemudian diikuti baris selanjutnya mangalora ênèt, mengandung arti penunjuk
arah menuju ke utara, berasal dari kata ngalor
‘utara’ dan tambahan -a yang juga
menunjukkan perintah. Kemudian pengulangan kata ênèt, merupakan penegasan yang diulang-ulang sebagai maksud dari
tumbuh sulur sulur kangkung dari
pengkiasan cita-cita. Dari penjelasan tersebut dapat diambil pesan bahwa dalam
meraih cita-cita butuh ketegasan memilih arah kemana akan berakhir pada
penghujung penemuan cita-cita.
Pada
baris selanjutnya, kidul kono ana mèndèng
golek cêngkung, mendeng memiliki banyak makna diantaranya, mendeng yang berarti meleng yaitu mendeng (ngener) marang
‘mengarah pada suatu hal’, nyawijikake
gagasan ‘menyatukan gagasan atau
pemikiran’; mendeng diartikan katon gilap, meling-meling, katon cetha; dan mendeng
diartikan teleng (ing mata). Mengambil
satu persatu makna yang paling mendekati kesinambungan makna dengan sulur sulur kangkung yaitu mendeng yang diartikan ngener marang ‘mengarah kepada sesuatu
hal’ di sisni dapat diambil bahwa cita-cita yang tumbuh panjang merambat dan
kokoh perlu pengarahan dalam menuju
kepada sesuatu hal yang dicita-citakan. Kemudian mengambil makna mendeng yang diartikan katon gilap, meling-meling, dan katon
cetha juga bersinambung dengan makna sulur
sulur kangkung yang dikiaskan sebagai cita-cita yaitu dimana dalam
menentukan cita-cita yang akan dicapa haruslah jelas. Dan mendeng yang
diartikan teleng (ing mata) memberi
makna yang senada yaitu dalam meraih cita-cita penting adanya ‘pemfokusan’ teleng (ing mata) untuk mencapainya. Kata golek yang berarti ‘mencari’ dan
cengkung yang berarti ‘suara kempul’,
dimaksudkan bahwa pencipta lagu benar-benar memikirkan upayanya dalam meraih
cita-cita, setelah tumbuh memanjang dan kokoh serta fokus dalam menyatukan
pemikirannya, kemudian mencarinya dengan perkiraan ‘suara kempul’ yang berarti
sesuatu yang lebih difokuskan.
Kemudian
baris keenam; nèt-ênèt, nèt-ênèt kung,
menerangkan tumbuhnya dan jalannya sulur sulur kangkung yang merupakan kiasan
dari cita-cita terus tumbuh, tumbuh dan tumbuh, sementara kata kung pemendekan dari kata cengkung yang dimaknai dengan perkiraan.
Dan baris terakhir sisir gula jênang
jagung, merupakan jawaban dari jalan meraih cita-cita, dimana sisir gula adalah arti dari satu sisir
gula jawa yang manis rasanya; dan jênang
jagung bermakna jenang yang
merupakan makanan manis serta jagung
yang juga berasa manis sehingga menumbuhkan kemanisan yang tiada tara. Begitu
pula akhir dari lagu dolanan sulur sulur
kangkung ini dapat diambil pesan bahwa anak-anak haruslah memilki cita-cita
yang panjang tumbuh merambat dan kokoh serta dapat hidup dimana pun ia berada
dengan menentukan arah mana yang dipilih dan butuh pengarahan dari orang lain
serta pemfokusan dari diri sendiri yang memerlukan perkiraan dalam mencapainya.
Sehingga pada titik penghujung pencariannya diperoleh hasil yang maksimal dan
indah pada akhirnya. Seperti hakikat
dalam mencari ilmu menurut Yana MH (2012:170) Ilmu (hakikat) itu diraih dengan
cara mengahayatinya dalam setiap perbuatan dimulain dengan kemauan, artinya
kemauan membangun kesejahteraan terhadap sesama, teguh membudi daya menaklukkan
semua angkara. Di sini
pengambilan cita-cita yang tumbuh panjang dimaksudkan bahwa cita-cita yang
diraihnya akan tumbuh sejauh kaki melangkah dan mampu memberikan manfaat yang panjang hingga akhir
hidup bahkan setelah ia tiada dan dalam proses meraih cita-cita , kita harus
menjalankan syariat yang benar dan menjauhi segala angkara (larangan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar