ARJUNA SAHASRABᾹHU
Setelah kalahnya
sang ratu Haranya oleh Rāwana, ada di Mahismati namanya, kerajaan yang sempurna
(kokoh). Sang Suwaretah nama sang raja yang dulunya leluhur sang Sahasrabahu.
Ya (lah) menunjukan dirinya kepada Rāwana. Bertemulah sang Arjuna Sahasrabahu olehnya
(dengannya), bermain-main di sungai Narmadā juga istri dengan pembantu wanita.
Sepenglihatan itu Rāwaṇa turun dari tunggangannya si Puspaka lalu masuk (ke)
sungai Narmadā mengiring keturunan raksasa. Tetapi air di sungai Narmadā tidak
bergerak. Bertanyalah (dia) kepada sang raksasa yang bernama Marica Suka
Sarana, katanya :
“Tidak hambamu
kalian semua sifat dasar di dunia yang tetap, terdiam terpesona juga
sebenarnya. Matahari itu juga seperti cahaya di bulan (yang) sampai (di)
tubuhku. Seperti itu (lah) gangguan (yang) dengan tiba-tiba datang hembusan
sepoi-sepoi sejuk itu. Akan tetapi sungai Narmadā itu tidak terganggu bentuk
airnya (saat) kita turun. Itulah sebabnya kalian semua mengarungi (dan) mandi
seperti bangsawan. Aku bermain-main (di) pulau (yang) penuh (dengan) bunga.”
Turun (lah) semua
tentara raksasa itu, sangat gembira mengambil bunga titiannya di Rāwana. Bunga
menghampar (seperti) emas (yang) hancur di tengah pulau. Sebab ada patung emas
mengiring seperti apa itu Rāwana, ya lah karena itu lihat tidak lupa
melaksanakan pemujaan terhadap dewa. Mendirikannya patung emas itu d i tengah
pulau, memakaikan bedak basah yang harum (beraroma) bunga kemudian disebarnya
melakukan pujian-pujian (yang) disiarkan (dan) tangannya membuat simpul jari-jari
yang khas.
iti Rāmâyaṇa
Uttarakāṇḍa
puṣpopahāra saptadaśamas sargaḥ
Tetapi
(ketika) itu sang Arjuna Sahasrabāhu sedang bersenda gurau dengan istri
pertamanya, mandi disana di sungai bawah. Apa sebenarnya permainan di hati,
mengharapkan (dia) memperlihatkan kekuatan lengan seribu itu sang raja agaknya
diragukan, karena itu (dia) membendung aliran di airnya. Apa (lah) rupanya
terhalang, naikmenggenangidan bentuknya menaruh disana sini merobohkan sisi(nya), tak
henti-hentinya bergerak kesegala arah berlawanan (dengan) ikannya. Yang keluar
di sana sini tepinya bendungan hingga sampai ke upacara persembahannya Rāwana,
patung emas itu dihancurkan (oleh) air.
TetapiRāwaṇa
tidakmelihat
sekilas di bawah namun terburu-buru sebab aliran air yang deras baru saja datang.
Meninggalkan bertepuk tangan perhiasan dewa pada waktu itu Śuka Sāraṇa,
menyuruh membuat air itu keluar tak henti-hentinya. Kedua pengikut(nya) mencari
keributan yang berasal dari banjir yang (membuat) jadi kacau balau. Tengah
ukuran jarak tingginya turun ke bawah, melihatlah ya seorang lelaki mandi di
tengah sungai bermain-main dengan istri dan pembantu wanitanya, tidak berakhir
pesonanya dengan rupanya, mempertarukan lengannya di arus air.
Terkejutlah
Śuka Sāraṇa, karena itu larinya berubah sehingga menuju tempat Rāwaṇa itu,
memberitahu (bahwa) ada alasan air itu penuh meluap. Karena itu Rāwaṇa keluar
(dengan) heran, mengharapkan adanya peperangan melawan pemujaan patung dewa.
Bermain-main tidak lama (kemudian) datanglah ke tempat sang Sahasrabāhu, mendorong
kemarahan lalu berkata (kepada) pengikutnya mengiringitepat waktunya mandi, katanya:
“Hai,
engkau anak buah penasehat raja semua, berjalan(lah) memberitahu di sana tuanmu
sang Arjuna Sahasrabāhu: Raja Raksasa menginginkan peperangan lawan kamu. Begitulah
katamu, cepat lah jangan lama.”
“Duh seperti itulah
kehendak sang Rāwaṇa? Bahagialah jika begitu, kalau berharap kamu berperang
melawan tuanku.
Tetapi hadapi aku, tidak pantas kami berperang melawan kamu nanti, sebab
(tuanku) sadang bermain-main mandi dan istrinya juga pembantu wanitanya.
Kemudian pagi hari berikut (nya) baru saja merasa senang, sehingga keadaan
seimbang dengan peperangan. Jika kami kesatuan mutlak suatu peperangan, tuanku
semua agaknya diragukan karena (akan) mati dahulu. Setelah itu kami berperang
malawan kamu sekarang disini.”
Geram
(lah) Rāwaṇa mendengar kata seperti itu, karena itu (dia) menyuruh anakbuahnya
menangkap (dan) melukai (sampai) mati. Ya lah karena itu serentak menggigit
memakan daging meminum darah tik henti-hentinya, suara teriakannya gaduh.
Berlari(lah) itu pasukan Arjuna (yang) diijinkan melarikan diri (dari)
kematian, memberitahu sang tuannya dalam keadaan buruk dengan pasukan Rāwaṇa. Tetapi Sang
Arjunatidak
bermaksud beraksi dengan cepat, dengan mudah kluar dari air lalu mengenakan
pakaian. Akan tetapi dari muncul oleh tentara raksasa menembakkan senjata,
tumbuh kemarahan dari hatinya, meraih gadanya gegabah menjatuhkannya
perkumpulan tentara raksasa.
Berpapasanlah
ia oleh Prahasta, maka senjatanya gada (pentung) yang dahsyat, kemarahannya
menyala-nyala lidah apinya, tetapitidak ada kekuatan (magis) (yang) luar
biasanya (hanya) sedikit, sebab dan dengan segera sang Arjuna
menghancurkan(nya) menjadi berkeping-keping. Terkejutlah Prahasta, ya lah
karena itu berlari(lah) semua tentara raksasa memberikan tempat pertama
(kepada) Śuka Sāraṇa Mahodara Dhūmrâkṣa, terserang rasa panik melihat kekuatan
sang Arjuna Sahasrabāhu. MendekatlahRāwaṇa melihat tentaranya tak berdaya,
dipersiapkanlah ya senjata.
Sahasrabāhos
tat yuddhaṃ wingśadwāhos tu dāruṇam
n
ṛpa-rāk ṣasayos tatra ārabdhaṃ romaharṣaṇam
Apalah
bentuk peperangan manusia dan raksasa, Sahasrabāhu melawan Wingśatibāhu: ya
tulisan (yang) mengerikan (dan) menakutkan, berdiri tegak bulu rambutnya
(merinding) juga penuh perasaan takut melihat, tetapi sama sekali tidak ada
seperti sekarang. Sebab seperti bertempur (di) bangunan khas di halaman dua
istana, seperti gunung bertubrukan (dengan) gunung, seperti bertemu (dengan)
dewa yang menakutkan melawan dewa maut dan penghancuran, menggilas (saling)
bertubrukan senjata yang ada ditangan mereka berdua.Menjadi tuli tertulikan
sepuluhpenjuruolehbunyi.
Dan
tongkat prmukul (gada) menakjubkan, senjata sang Sahasrabāhu, tiga kali
diarahkan ya kedada Rāwaṇa. Karena itu tidak sadar bingung Daśâsya (sepuluh
wajah) itu, denganmati-matian sempoyongan (dengan) bentuk tubuh tiga depa(nya).
Terlihat Rāwaṇa itu dalam kesukaran menghadapi sang Arjuna. Karena itu (dia)
menangkap kemudian mengikat (dengan) tali. Bersorak sorai dengan keras komentar
sang teman dewa di cakrawala, puas melihat raja raksasa itu terjerat.
KemudianPrahastaitubangkit(secara) terus-menerus,
melihatlahkalautuannyaselesaiditangkapkeputusanhidupnya. Mendekatlahyamelawanbersamadengantemannyasemua,
bersama-samalahmenangismemintadenganrendahhatimemohon (agar)
melepaskantuannya.Tetapitidakmengubahpendirian sang Sahasrabāhu, (dia)
pergipulangkerumahnya (kediaman) danRāwaṇaitutertawantidakberdaya.
Iti
Ramâyana Uttarakāṇḍa
Arjuna-Rāwaṇa-yuddham2aṣṭadaśamas
sargaḥ
Tidak lama setelahitumendengarlahpendetaPulastya
(kalau) cucunyaditangkap sang Arjuna
Sahasrabāhu. Datang (karena) simpati (dengan)
cucunyaberlarilahdiadatangkeMāhiṣmatī.Tidak lama waktu (dia) berjalan, sampai(lah) diakenegara (itu).
Tetapitidakmenundukhormatlah sang Arjunakepadadia, kemudianmenyongsong
(dengan) air pencuci kaki padapenghormatanpenerimaantamu,
menyambutdenganhormatmenghilangkandebupada kaki. Lalumenyapadengan kata-kata
yang manismemuji. Katanya:
Adyeyam
amarāwatyā(s) tulyā māhiṣmatī kṛtā
Adya
wāhaṃ dwijendrendro yas twāṃ paśyāmi durdṛśam
“Berkata(lah)
pendetatua, hingganantisamabertandingdilingkaridarisegalapenjurudesaMāhiṣmatīinitiba-tibatuanku,
hingganantisamamelawanIndrasiSahasrabāhusenjatapenikamnya yang runcing (keris)
lihatlah sang pendeta. Sebabbertingkahlakumenghambatpenglihatan yang
terhormatberulang kali.Silakanapakahmaksud sang resibesar? Apa(kah) (yang)
menyuruhtuanku? Karenaitutuankumendesak di kediamandanmemangsayaseolah-olahcuculaki-laki
sang resibesar, menangkapitukehendakresibesar.”
“Duh anakkuraja besarSahasrabāhu, jaditujuansayarajaku:
Bhayāt
yasya wā tiṣṭhete nispandau anilānalo
So
‘yam adya twayā wandhaḥ potro me diwi durjayaḥ
Ini
cucu saya si Rāwaṇa terkenal mengalahkan surga berulang kali. tak
disangka-sangka keadaan kipas angin itu, tak disangka-sangka lidah (nyala) api
terlihat itu, khawatir (takut) dengan kekuatan Rāwaṇa itu. Akan tetapi nanti
melalui mempengaruhi menjerat. Kalian menyebabkan jatuhnya kehormatan (dia):
kalian menghancurkan kemashurannya. Akan tetapi ayah,
tidakmenghalang-halangitangisansayaini. Kalaupantasdugaanakhirinicucusaya.Sayamemintahidupnya(kepada)
kamu.”
Begitu(lah)
permintaan pendeta Pulastya. Tidak melampaui permintaan dengan rendah hati sang
Arjuna (kepada) sang resi besar. Melepaskanmu Rāwaṇa dari ikatan tali, kemudian
membuat persahabatan, tidak ada kehendak hati (yang) menyebabkan celaka.
Pulanglah pendeta Pulastya menuju ke rumahnya. Seperti itu Rāwaṇa, akhir(nya)
mendapatkan ketentraman hatinya. Tetapi tempatnya lah bañu
wiring, sekalipun
tidak hilang watak raksasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar