Pages

Selasa, 14 Januari 2014

ARJUNA SAHASRABᾹHU


ARJUNA SAHASRABᾹHU

Setelah kalahnya sang ratu Haranya oleh Rāwana, ada di Mahismati namanya, kerajaan yang sempurna (kokoh). Sang Suwaretah nama sang raja yang dulunya leluhur sang Sahasrabahu. Ya (lah) menunjukan dirinya kepada Rāwana. Bertemulah sang Arjuna Sahasrabahu olehnya (dengannya), bermain-main di sungai Narmadā juga istri dengan pembantu wanita. Sepenglihatan itu Rāwaṇa turun dari tunggangannya si Puspaka lalu masuk (ke) sungai Narmadā mengiring keturunan raksasa. Tetapi air di sungai Narmadā tidak bergerak. Bertanyalah (dia) kepada sang raksasa yang bernama Marica Suka Sarana, katanya :

“Tidak hambamu kalian semua sifat dasar di dunia yang tetap, terdiam terpesona juga sebenarnya. Matahari itu juga seperti cahaya di bulan (yang) sampai (di) tubuhku. Seperti itu (lah) gangguan (yang) dengan tiba-tiba datang hembusan sepoi-sepoi sejuk itu. Akan tetapi sungai Narmadā itu tidak terganggu bentuk airnya (saat) kita turun. Itulah sebabnya kalian semua mengarungi (dan) mandi seperti bangsawan. Aku bermain-main (di) pulau (yang) penuh (dengan) bunga.”

Turun (lah) semua tentara raksasa itu, sangat gembira mengambil bunga titiannya di Rāwana. Bunga menghampar (seperti) emas (yang) hancur di tengah pulau. Sebab ada patung emas mengiring seperti apa itu Rāwana, ya lah karena itu lihat tidak lupa melaksanakan pemujaan terhadap dewa. Mendirikannya patung emas itu d i tengah pulau, memakaikan bedak basah yang harum (beraroma) bunga kemudian disebarnya melakukan pujian-pujian (yang) disiarkan (dan) tangannya membuat simpul jari-jari yang khas.

iti Rāmâyaṇa Uttarakāṇḍa
puṣpopahāra saptadaśamas sargaḥ

Tetapi (ketika) itu sang Arjuna Sahasrabāhu sedang bersenda gurau dengan istri pertamanya, mandi disana di sungai bawah. Apa sebenarnya permainan di hati, mengharapkan (dia) memperlihatkan kekuatan lengan seribu itu sang raja agaknya diragukan, karena itu (dia) membendung aliran di airnya. Apa (lah) rupanya terhalang, naikmenggenangidan bentuknya menaruh disana sini merobohkan sisi(nya), tak henti-hentinya bergerak kesegala arah berlawanan (dengan) ikannya. Yang keluar di sana sini tepinya bendungan hingga sampai ke upacara persembahannya Rāwana, patung emas itu dihancurkan (oleh) air.

TetapiRāwaṇa tidakmelihat sekilas di bawah namun terburu-buru sebab aliran air yang deras baru saja datang. Meninggalkan bertepuk tangan perhiasan dewa pada waktu itu Śuka Sāraṇa, menyuruh membuat air itu keluar tak henti-hentinya. Kedua pengikut(nya) mencari keributan yang berasal dari banjir yang (membuat) jadi kacau balau. Tengah ukuran jarak tingginya turun ke bawah, melihatlah ya seorang lelaki mandi di tengah sungai bermain-main dengan istri dan pembantu wanitanya, tidak berakhir pesonanya dengan rupanya, mempertarukan lengannya di arus air.

Terkejutlah Śuka Sāraṇa, karena itu larinya berubah sehingga menuju tempat Rāwaṇa itu, memberitahu (bahwa) ada alasan air itu penuh meluap. Karena itu Rāwaṇa keluar (dengan) heran, mengharapkan adanya peperangan melawan pemujaan patung dewa. Bermain-main tidak lama (kemudian) datanglah ke tempat sang Sahasrabāhu, mendorong kemarahan lalu berkata (kepada) pengikutnya mengiringitepat waktunya mandi, katanya:

“Hai, engkau anak buah penasehat raja semua, berjalan(lah) memberitahu di sana tuanmu sang Arjuna Sahasrabāhu: Raja Raksasa menginginkan peperangan lawan kamu. Begitulah katamu, cepat lah jangan lama.”

“Duh seperti itulah kehendak sang Rāwaṇa? Bahagialah jika begitu, kalau berharap kamu berperang melawan tuanku. Tetapi ­­­hadapi aku, tidak pantas kami berperang melawan kamu nanti, sebab (tuanku) sadang bermain-main mandi dan istrinya juga pembantu wanitanya. Kemudian pagi hari berikut (nya) baru saja merasa senang, sehingga keadaan seimbang dengan peperangan. Jika kami kesatuan mutlak suatu peperangan, tuanku semua agaknya diragukan karena (akan) mati dahulu. Setelah itu kami berperang malawan kamu sekarang disini.”

Geram (lah) Rāwaṇa mendengar kata seperti itu, karena itu (dia) menyuruh anakbuahnya menangkap (dan) melukai (sampai) mati. Ya lah karena itu serentak menggigit memakan daging meminum darah tik henti-hentinya, suara teriakannya gaduh. Berlari(lah) itu pasukan Arjuna (yang) diijinkan melarikan diri (dari) kematian, memberitahu sang tuannya dalam keadaan buruk dengan pasukan Rāwaṇa. Tetapi Sang Arjunatidak bermaksud beraksi dengan cepat, dengan mudah kluar dari air lalu mengenakan pakaian. Akan tetapi dari muncul oleh tentara raksasa menembakkan senjata, tumbuh kemarahan dari hatinya, meraih gadanya gegabah menjatuhkannya perkumpulan tentara raksasa.

Berpapasanlah ia oleh Prahasta, maka senjatanya gada (pentung) yang dahsyat, kemarahannya menyala-nyala lidah apinya, tetapitidak ada kekuatan (magis) (yang) luar biasanya (hanya) sedikit, sebab dan dengan segera sang Arjuna menghancurkan(nya) menjadi berkeping-keping. Terkejutlah Prahasta, ya lah karena itu berlari(lah) semua tentara raksasa memberikan tempat pertama (kepada) Śuka Sāraṇa Mahodara Dhūmrâkṣa, terserang rasa panik melihat kekuatan sang Arjuna Sahasrabāhu. MendekatlahRāwaṇa melihat tentaranya tak berdaya, dipersiapkanlah ya senjata.

Sahasrabāhos tat yuddhaṃ wingśadwāhos tu dāruṇam
n ṛpa-rāk ṣasayos tatra ārabdhaṃ romaharṣaṇam

Apalah bentuk peperangan manusia dan raksasa, Sahasrabāhu melawan Wingśatibāhu: ya tulisan (yang) mengerikan (dan) menakutkan, berdiri tegak bulu rambutnya (merinding) juga penuh perasaan takut melihat, tetapi sama sekali tidak ada seperti sekarang. Sebab seperti bertempur (di) bangunan khas di halaman dua istana, seperti gunung bertubrukan (dengan) gunung, seperti bertemu (dengan) dewa yang menakutkan melawan dewa maut dan penghancuran, menggilas (saling) bertubrukan senjata yang ada ditangan mereka berdua.Menjadi tuli tertulikan sepuluhpenjuruolehbunyi.

Dan tongkat prmukul (gada) menakjubkan, senjata sang Sahasrabāhu, tiga kali diarahkan ya kedada Rāwaṇa. Karena itu tidak sadar bingung Daśâsya (sepuluh wajah) itu, denganmati-matian sempoyongan (dengan) bentuk tubuh tiga depa(nya). Terlihat Rāwaṇa itu dalam kesukaran menghadapi sang Arjuna. Karena itu (dia) menangkap kemudian mengikat (dengan) tali. Bersorak sorai dengan keras komentar sang teman dewa di cakrawala, puas melihat raja raksasa itu terjerat.

KemudianPrahastaitubangkit(secara) terus-menerus, melihatlahkalautuannyaselesaiditangkapkeputusanhidupnya. Mendekatlahyamelawanbersamadengantemannyasemua, bersama-samalahmenangismemintadenganrendahhatimemohon (agar) melepaskantuannya.Tetapitidakmengubahpendirian sang Sahasrabāhu, (dia) pergipulangkerumahnya (kediaman) danRāwaṇaitutertawantidakberdaya.

Iti Ramâyana Uttarakāṇḍa
Arjuna-Rāwaṇa-yuddham2aṣṭadaśamas sargaḥ

Tidak lama setelahitumendengarlahpendetaPulastya (kalau) cucunyaditangkap sang Arjuna Sahasrabāhu. Datang (karena) simpati (dengan) cucunyaberlarilahdiadatangkeMāhiṣmatī.Tidak lama waktu (dia) berjalan, sampai(lah) diakenegara (itu). Tetapitidakmenundukhormatlah sang Arjunakepadadia, kemudianmenyongsong (dengan) air pencuci kaki padapenghormatanpenerimaantamu, menyambutdenganhormatmenghilangkandebupada kaki. Lalumenyapadengan kata-kata yang manismemuji. Katanya:

Adyeyam amarāwatyā(s) tulyā māhiṣmatī kṛtā
Adya wāhaṃ dwijendrendro yas twāṃ paśyāmi durdṛśam

“Berkata(lah) pendetatua, hingganantisamabertandingdilingkaridarisegalapenjurudesaMāhiṣmatīinitiba-tibatuanku, hingganantisamamelawanIndrasiSahasrabāhusenjatapenikamnya yang runcing (keris) lihatlah sang pendeta. Sebabbertingkahlakumenghambatpenglihatan yang terhormatberulang kali.Silakanapakahmaksud sang resibesar? Apa(kah) (yang) menyuruhtuanku? Karenaitutuankumendesak di kediamandanmemangsayaseolah-olahcuculaki-laki sang resibesar, menangkapitukehendakresibesar.”
“Duh anakkuraja  besarSahasrabāhu, jaditujuansayarajaku:

Bhayāt yasya wā tiṣṭhete nispandau anilānalo
So ‘yam adya twayā wandhaḥ potro me diwi durjayaḥ

Ini cucu saya si Rāwaṇa terkenal mengalahkan surga berulang kali. ­tak disangka-sangka keadaan kipas angin itu, tak disangka-sangka lidah (nyala) api terlihat itu, khawatir (takut) dengan kekuatan Rāwaṇa itu. Akan tetapi nanti melalui mempengaruhi menjerat. Kalian menyebabkan jatuhnya kehormatan (dia): kalian menghancurkan kemashurannya. Akan tetapi ayah, tidakmenghalang-halangitangisansayaini. Kalaupantasdugaanakhirinicucusaya.Saya­­­­­memintahidupnya(kepada) kamu.”

Begitu(lah) permintaan pendeta Pulastya. Tidak melampaui permintaan dengan rendah hati sang Arjuna (kepada) sang resi besar. Melepaskanmu Rāwaṇa dari ikatan tali, kemudian membuat persahabatan, tidak ada kehendak hati (yang) menyebabkan celaka. Pulanglah pendeta Pulastya menuju ke rumahnya. Seperti itu Rāwaṇa, akhir(nya) mendapatkan ketentraman hatinya. Tetapi tempatnya lah bañu wiring, sekalipun tidak hilang watak raksasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar